Indonesia Tanah Air Beta...






||lingkungan||

“Akua-nya satu Mbak!”

Kalau request ini kita ucapkan di sebuah toko kelontong atau kios, tidak usah terlalu heran jika kemudian si Mbak membawakan air minum botolan merk Ades atau 2 Tang atau Aquina atau Qua-qua. Bahkan kalau kita menyebut “Aqua-Danone” si Mbak mungkin akan mengernyit bingung dan membawakan sebotol Aquaria.

Aqua memang merk air minum dalam kemasan (AMDK—I believe this is the official term) yang paling familiar di Indonesia, terbukti dengan keberhasilan meraih sejumlah award seperti Superbrands dan Value Creator Awards. Nilai penjualannya pada tahun 2002 (kalau saya tidak salah baca) mencapai 3 juta kiloliter.

Mungkin itu sebabnya ketika saya ingin tahu tanggapan Aqua (PT Tirta Investama) atas berita ini, mesin cari Google tidak menunjukkan hasil yang saya harapkan. Saya malah dapat rilis dari Kraked di milis lingkungan.

Ceritanya kurang lebih begini. PT Tirta Investama (TI) telah melakukan eksplorasi air tanah di Kabupaten Klaten sejak tahun 2002. Sejak saat itu juga debit air irigasi menurun, yang menyebabkan penurunan produksi padi. Akhir tahun ini PT TI berencana menaikkan debit eksplorasi hampir empat kali lipat. Hal inilah yang mengundang protes para petani.

UU Sumber Daya Air seharusnya jadi implementasi dari UUD ’45 pasal 33 yang kita hapalkan di SD dulu, “Bumi, air, dan kekayaan yang terkandung di dalamnya dikuasai negara dan digunakan untuk sebesar-besar kemakmuran rakyat.” (apa ini masih pasal 33?). UU ini diprotes sejumlah LSM karena berbau privatisasi. Seperti yang terjadi di Klaten, ini juga adalah masalah visi Pemda terkait otonomi daerah. Masalah PAD. Dalam ungkapan populer, masalah UUD—ujung-ujungnya duit.

Dalam kasus ini, tampaknya kita semua layak jadi konsumen bingung. Kasus PT TI bisa jadi hanya puncak gunung es. Artinya bukan hanya PT TI saja, semua AMDK punya potensi konflik yang sama. Lalu apa kita lantas tidak minum AMDK lagi? Kok susah juga ya? Di kantor, air minum dari dispenser, ya AMDK juga. Ke seminar, meeting, kawinan, AMDK lagi. Bahkan ibu-ibu yang tiba-tiba rumahnya kedatangan tamu tak terduga dengan tangkas mengeluarkan persediaan “akua”. Praktis, tinggal disajikan, tidak ada tumpukan gelas yang harus dicuci, dan cukup “pantas”.

Jadi…?

PS: Ternyata tulisan ini tidak berguna, cuma bikin bingung dan tidak menawarkan solusi. Komentar dong :)
















Gambar ini dari website-nya Walhi. Tendesius? You tell me!